TOO BIG TO BE FALL - INTERMEZO

Senin, 24 Februari 2014
TOO BIG TO BE FALL
" terlalu besar untuk jatuh "

Minggu lalu saya menyempatkan diri mampir disebuah kiosk majalah di komplek pertokoan Kemang Pratama Bekasi. Ketika saya melihat headline Majalah Swa, dimana memuat sepak terjang CEO Muda belia karena berusia rata2 dibawah 40 tahun, yang merupakan generasi ke 2 atau 3 dari para konglomerat atau pengusaha2 ternama di Indonesia.  Para generasi ke 2, 3 bahkan ke 4 ini menceritakan sepak terjang mereka mulai dari bawah belajar di perusahaan keluarganya bahkan beberapa diantara mereka belajar di perusahaan-perusahaan diluar perusahaan keluarga mereka, untuk mempersiapkan diri mereka menjadi pengendali berikutnya dari usaha keluar mereka.

Saya mencoba baca satu persatu profile para putra mahkota ini sambil sekali2 mengeryitkan dahi di selingi senyuman yang menurut istri saya di rumah, agak ganjil, karena senyuman "tidak tulus". Saya mencoba meluruskan dan berdiskusi atas article2 yang saya baca. Pernyataan yang saya lontarkan kepada istri saya adalah " seberapa besarpun efort mereka mempersiapkan diri, entah dari level paling bawah, di sebuah perusahaan apalagi perusahaan keluarganya sendiri, maka satu hal yang mereka lupa, bahwa : " guru mereka sebenarnya adalah orang tua, paman, kakek mereka " " seberapa rendah level mereka di perusahaan tsb, semua karyawan tau bahwa dia adalah keluarga pemilik perusahaan". " Jadi proses belajar para penerus perusahaan ini tentunya berbeda dengan pola belajar karyawan kebanyakan yang belajar untuk sekedar menaikan karir dan income mereka di perusahaan tersebut". 

Terlepas dari proses belajar mereka & profile lain yang di tulis Swa, saya teringat akan sebuah jargon " Too Big To Be Fall ". Beberapa orang mengatakan bahwa sebuah perusahaan yang sudah besar & terlanjur besar, maka kemungkinan kecil sekali untuk jatuh atau kasarnya bangkrut. Rasanya pendapat itu sudah tidak berlaku beberapa dekade terakhir ini. Mari kita ingat bukankah BANK SUMA / BHS BANK dll merupakan salah satu bank besar pada jamannya dan ternyata bisa ambruk bisnisnya.
Kalau kita melihat dalam skala International, sebuah perusahaan sekelas
> LEHMAN BROTHERS - Sebuah lembaga keuangan dengan asset US$ 691 M pada sept 2008
> GENERAL MOTOR - Pabrik mobil dengan asset sekitra US@ 91 M & bankrut pada Juni 2009
> WorldCom - sebuah perusahaan penyedia telepon jarak jauh dengan asset US$ 321 M
Kenapa perusahaan - perusahaan besar bisa jatuh bangkrut

Kejatuhan mereka secara umum dapat disebabkan oleh :

  • SERAKAH
    • Keserakahan disini banyak macamnya, mulai dari keserakahan akan tingkat keuntungan, keserakahan para pengendali di dalamnya, sampai kepada keserakahan untuk mengambil semua bidang usaha di luar keahlian mereka. 
  • REGENERASI 
    • Kegagalan perusahaan tersebut untuk menyiapkan kepemimpinan yang berkesinambunagan. Generasi berikutnya belum siap untuk mengambil alih kendali atas perusahaan tersebut. 
Maka menjadi menarik, kalau Pemilik & Pendiri perusahaan2 besar di Indonesia mulai mempersiapkan generasi - generasi baru pengendali perusahaan- perusahaan yang sudah terlanjur besar & dibesarkan dengan kerja luar biasa oleh para pendahulunya seperti yang di ulas oleh Swa bulan ini. Perlu di ketahuin oleh temen2 bahwa
  • PERTUMBUHAN SEBUAH PERUSAHAAN DI RAIH DENGAN SUSAH PAYAH DENGAN MENCOBA BERMACAM2 STRATEGY DENGAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN YANG ADA. JADI MEMBESARKAN SEBUAH PERUSAHAAN " BUTUH WAKTU LAMA " & " KERJA KERAS YANG LUAR BIASA"
  • TAPI SEBALIKNYA, JATUHNYA SEBUAH PERUSAHAAN HANYA BUTUH WAKTU DALAM HITUNGAN BEBERAPA BULAN & BEBERAPA TAHUN SAJA. 
Ingat kasus "Kurs Rupiah terhadap US$", menjaga supaya stabil butuh waktu dan kerja keras, tapi membuat nilai tukar rupiah terhadap US$ melemah, hanya butuh beberapa bulan saja dari RP. 5000 per US$ dan melonjak menjadi diatas Rp. 12.000 .


Selamat belajar







Viewer

Diberdayakan oleh Blogger.