Retail Intermezzo
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Minggu, 22 Juni 2014Selamat Malam ...
"Memainkan Permainan Sendiri"
Hampir sebagian besar pelaku bisnis retail saat ini, berusaha memberikan layanan untuk semua segmen konsumen setiap saat & disemua tempat. Alih-alih menggunakan konsep one stop shopping, sering kita mengamati dalam perjalanannya menjadi tidak focus bahkan tidak bergerak sama sekali baik dari penjualan, bahkan hanya memunculkan tambahan biaya bagi perusahaan retail tersebut.
Perusahaan retail tersebut, berusaha menjadi segala sesuatu bagi semua konsumennya dan mencoba bersaing melawan setiap pemain retail lainnya. Dan seringkali fatal.
Banyak contoh bisa kita lihat & diskusikan....
Beberapa kutipan-kutipan yang mungkin relevan dengan kondisi diatas :
"Memainkan Permainan Sendiri"
Hampir sebagian besar pelaku bisnis retail saat ini, berusaha memberikan layanan untuk semua segmen konsumen setiap saat & disemua tempat. Alih-alih menggunakan konsep one stop shopping, sering kita mengamati dalam perjalanannya menjadi tidak focus bahkan tidak bergerak sama sekali baik dari penjualan, bahkan hanya memunculkan tambahan biaya bagi perusahaan retail tersebut.
Perusahaan retail tersebut, berusaha menjadi segala sesuatu bagi semua konsumennya dan mencoba bersaing melawan setiap pemain retail lainnya. Dan seringkali fatal.
Banyak contoh bisa kita lihat & diskusikan....
Beberapa kutipan-kutipan yang mungkin relevan dengan kondisi diatas :
- Jangan mencoba menjadi semuanya untuk semua konsumen, karena yang terjadi malah tidak terjadi apa-apa untuk siapapun.
- Jangan melawan perusahaan yang jelas-jelas punya keuntungan kompetitif & kekuatan keuangan yang jelas-jelas akan menggilas kita.
- Carilah ruang-ruang kosong atau celah-celah bisnis & siapkan dengan baik untuk mengambil celah kosong yang semua pemain mengabaikannya
- Cari tau apa yang dibutuhkan untuk menguasai celah bisnis tersebut. Halangan apa yang mencegah pemain lain masuk ke celah bisnis sesudah anda masuk.
- Akan selalu ada pesaing yang mampu & berani menawarkan harga yang lebih murah ketimbang harga yang anda tawarkan. Pikirkanlah cara menangkalnya tanpa mengorbankan keuntungan anda.
" Mengalahkan Lawan Dikandangnya "
Pada awal boomingnya bisnis retail, dimana pemain2 retail baru bermunculan, ada satu pertanyaan menarik yang sering saya sampaikan adalah : Bagaimana mengalahkan lawan di kandangnya sendiri. Pemain retail baru mulai Indomaret, Alfamart, Giant, Hypermart, Lion Superindo sd lotte mart bermunculan hampir di semua wilayah dengan sangat cepatnya. Pemain2 lama yang pada awalnya cukup "nyaman" menitmati kue yang sangat besar, lama kelamaan mulai berpikir & menata ulang arah bisnisnya.
Sebagai contoh pada era awal tahun 2000 an ... di wilayah tangerang berdiri sebuah supermarket yang sangat kuat yang bernama "sabar subur". Di wilayah tengah jakarta ada yang namanya "tip top" dan di wilayah timur ada yang namanya " Naga Swalayan". Sampai saat ini pemain2 tersebut masih eksis walau brand mereka lama kelamaan mulai tidak terdengar lagi walau bukan berarti mati.
Kalau di wilayah Jawa Barat, maka kita pasti mengenal group retail " Jogja Group ", dan beberapa pemain yang lebih kecil seperti Borma Swalayan. Di Jawa Tengah, siapa yang tidak mengenal Ratu Swalayan, Sami Luwes Group, Ada Swalayan, Moro di purwokerto dll.
Hanya pemain baru yang di dukung oleh keuntungan kompetitip & kekuatan dana yang besar yang bisa mengalahkan pemain-pemain retail lokal yang kuat di kandangnya sendiri.
" Melatih & Mendidik "
Dalam dunia retail, seringkali pimpinan perusahaan masih bias antara "melatih" & " mendidik "
Contoh sederhana misalnya :
- Banyak orang tua yang melatih anaknya untuk menggunakan toilet. Pelatihan diberikan berdasarkan pengalaman orang tuanya sendiri. Bagaimana membuka penutup toilet duduk, kemudian duduk, dan menyiramnya jika sudah selesai. Hanya itu
- Bagi orang tua yang mendidik anaknya menggunakan toilet maka akan lebih dari itu. Mungkin pertama kali bagaimana cara menggunakannya, kenapa tutupnya harus dibuka & ditutup setelah selesai, kenapa harus di siram, bagaimana cara membersihkannya dan alat atau cairan apa yang digunakan untuk membersihkannya dll ....
Pelatihan lebih kepada reaksi jika terjadi sesuatu & seringkali terbatas pada pengalaman2 pemimpinnya. Sedangkan mendidik, akan memaksa anak didik kita untuk tau permasalahannya dan tau menganalisa dan mencari2 solusinya. Jadi didiklah karyawan anda, lebih dari sekedar dilatih
Retail Update - Tiara Marga Trakindo Merambah Bisnis Retail
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Sabtu, 21 Juni 2014Group perusahaan Tiara Marga Trakindo (TMT) atau masyarakat luas mengenail denga nama "Trankindo" adalah sebuah perusahaan yang mempunyai nama besar dalam bidang alat-alat berat, pertambangan & energi. Baru2 ini mereka melakukan release pers yang beritanya di muat dibeberapa media, bahwa TMT akan merambah bisnis retail sbg penyeimbang portfolios bisnis mereka.
TMT masuk ke bisnis retail melalui anak perusahaan mereka bernama "Mahadya". Dalam release pers mereka akan masuk bisnis ritel dalam cakupan yang luas, baik jaringan retail restaurant, swalayan, cafe dan lainnya. Langkah pertama mereka adalah membeli master franchise salah satu jaringan restaurant burger terkenal yaitu : "Carl's Jr" burger, yang mempunyai pengalaman international selama kurun waktu 70 tahun dalam bisnis rest burger di seluruh dunia. Melalui PT. Generasi Mutiara Bangsa, sbg salah anak perusahaan Mahadya Group, sudah mengoperasikan 7 gerai Carls jr burger, 5 outlet di Jakarta, & surabaya.
Dalam waktu dekat, mereka sedang mempersiapkan untuk memasukan bisnis retail FMCG swalayan, mulai dari minimarket sd swalayan type lain yang mempunyai size lebih besar. Mereka menargetkan menjadi salah satu pemain retail yang berkomitmen "memberikan sesuatu yang berbeda bagi setiap brand yang mereka pegang, s untuk memenuhi gaya hidup konsumen.
Dengan masuknya TMT group ke dalam bisnis retail, apapun formatnya nanti, maka bisa dipastikan bisnis retail di indonesia akan lebih semarak baik dalam layanan, dan tentunya akan memacu pemai2 lama untuk mencari & mencari hal-hal baru (inovasi) untuk mempertahankan konsumen mereka saat ini. Bagi konsumen sendiri, dengan masuknya merk2 lain, tentunya dapat memberikan alternatif pilihan tempat belanja dalam memenuhi kebutuhan mereka. "Konsumen selalu diuntungkan"
Bagaimana dengan professional retail yang ada saat ini??? ... sangat menarik bagi yang menyukai tantangan2 baru, peluang2 baru ... time to turn your head ??? Dari informasi kasak kusuk beberapa bulan belakangan ini, TMT group sudah mulai melakukan pendekatan2 kepada professional2 retail yang ada saat ini, sbg bagian dari rencana TMT group mengembangan bisnis retailnya.
Kepada para professinal retail, pertanyaan ini selalu menarik "Apakah anda salah satu yang siap untuk menjelajah bisnis retail? atau anda akan terpaku kepada apa yang anda bisa nitmati saat ini. Tidak mudah untuk berpaling, membutuhkan keberanian dan perhitungan. Tapi "Action" lebih berarti daripada "Reason"
Happy Weekend
RETAIL DALAM SECANGKIR KOPI
Diposting oleh I Nyoman SugiartaJakarta, 21 Juni 2014
Kembali dalam sebuah obrolan sambil ditemani beberapa cangkir kopi dan ketela rebus ala thailand (katanya), ditaburi saos manis dan potongan2 kecil buah mangga. Karena kami yang sedang duduk sambil bercerita kesana kemari, adalah bekas sekumpulan pekerja di dunia retail ( FMCG maupun dept store ) maka obrolan kami tidak jauh-jauh dari dunia usaha retail. Dari beberapa topik yang kami obrolkan saya mencoba menuliskannya dengan penuh sukacita ...
Kembali dalam sebuah obrolan sambil ditemani beberapa cangkir kopi dan ketela rebus ala thailand (katanya), ditaburi saos manis dan potongan2 kecil buah mangga. Karena kami yang sedang duduk sambil bercerita kesana kemari, adalah bekas sekumpulan pekerja di dunia retail ( FMCG maupun dept store ) maka obrolan kami tidak jauh-jauh dari dunia usaha retail. Dari beberapa topik yang kami obrolkan saya mencoba menuliskannya dengan penuh sukacita ...
- Kopi ke 1 : Ibarat sebuah benang yang di pegang ujung2nya
- Peganglah sebuah benang senar untuk mancing, peganglah kedua ujungnya. Kemudian getarkan salah satu ujung benang senar tsb, kemudian apa yang kita lihat dan rasakan. Maka yang kita lihat adalah ketika salah satu ujung benang senar di gerakan, menimbulkan gelombang yang tergantung kuat tidaknya kita menggerakan ujung tadi dan sampailah getaran dan gelombang tsb di ujung benang senar satunya lagi.
- Makna obrolan diatas adalah : Dalam dunia retail khususnya FMCG dan business retail umumnya, maka apapun yang dilakukan salah satu bagian, pasti akan berdampak kepada bagian lainnya, entah itu di sadari atau tidak, tapi pasti bisa rasakan bahkan sampai ke ujung tujuan perusahaan.
- Salah satu dari kami, memberikan contoh "seberapa besar target pembelian kita ke supplier" Jika bagian commercial mempunyai target pembelian 1 (satu) Milyar kepada supplier, maka gelombang getarannya akan berdampak kepada bagian Logistic & Distribusi, mengenai kapasitas penyimpanan di gudang butuh space seberapa besar, kemudian muncul hal lain, berapa lama akan habis barang tsb, ada potensi rusak atau tidak selama periode penyimpanan sd terkirim ke end user, berapa biaya penyimpanan dibanding hasil yang di peroleh oleh bagian commercial. Getaran berikutnya merambat kepada bagian Finance/keuangan, kapan jatuh temponya, pada saat jatuh tempo pembelian tersebut, bagaimana cash in perusahaan, mencukupi atau tidak ... getaran lain akan muncul ke bagian2 lainnya .. bagian operational akan bereaksi kepada bagian logistic, kebutuhan kami di toko tidak sebesar ini, jangan kirim banyak2 dst .. dst .. dst ..
- KESIMPULAN ... Sebelum salah satu bagian mengambil keputusan2 strategis .. pastikan bagian ini memikirkan dampaknya kepada bagian lain dalam sebuah perusahaan retail. Pastikan keputusan strategis ini di komunikasikan kepada bagian lain yang terkena dampaknya, mintakan opini yang positip akan keuntungan dari keputusan strategis yang diambil ini. Bagaimana jika reaksi bagian lain selalu negatip, menurut obrolan ini maka pastikan keuntungan dari keputusan strategis ini lebih besar daripada biaya yang muncul, bukan dari sisi repotnya tapi dari sisi keuntungan perusahaan secara total. Kerepotan yang muncul pada bagian yang lain ada konskwensi dari dan untuk tercapainya optimal profit bagi perusahaan.
- Kopi ke 2 : Agamamu adalah Agamamu, Agamaku adalah Agamaku - Dilema Konsep " Balance Score Card"
- Ketika pimpinan sebuah perusahaan menetapkan target per masing-masing bagian dalam sebuah perusahaan retail atau jenis usaha lainnya, dan menetapkan target per masing-masing bagian yang di sebut BSC ini, maka muncul aksi dan reaksi yang seringkali tidak sesuai dengan harapan. Terkait dengan kasus no1 diatas, jika salah satu bagian mengambil keputusan strategis yang berdampak significant kepada pencapaian targetnya atau supaya BSC nya bagus, maka bagian tersebut akan mati2an meyakinkan semua pihak bahwa itu benar. Kemudian muncul reaksi atas dampak keputusan strategis tsb dari bagian lain yang akan terpengaruh atas keputusan bagian lain tsb. Mulailah terjadi komunikasi negatip sampai kepada eksekusi negatip dari masing2 bagian lain untuk mempertahankan keputusan tsb demi yang namanya BSC ini.
- Kenapa begitu besarnya reaksi bisa muncul, karena BSC saat ini dijadikan dasar memberikan "reward" apakah dalam bentuk kenaikan gaji atau bonus. Demi hal ini maka masing2 bagian akan tetap dan berusaha mempertahankan performance BSC mereka untuk stay in track to get the BONUS he he yang terkadang akan merugikan perusahaan secara total.
- Dari obrolan kami pada gelas kopi kedua, kami mencoba berbagi bahwa BSC tidak jelek tapi bisa tidak efektip. Rasanya bijak sekali ucapan salah satu dari kami tersebut. Peranan Pimpinan tertinggi sebagai hakim untuk memberikan evaluasi dan solusi atas aksi & reaksi dari sebuah keputusan strategies yang berdampak kepada BSC masing2 bagian. Kepentingan Perusahaan baik dalam hal profit & loss serta company position in the market pada akhirnya harus menjadi prioritas pertama dibanding BSC masing2 bagian. Bagaimana pimpinan perusahaan menjadi "Juri" yang adil di lapangan shg akhir permainan berjalan baik & benar.
- Tanpa BSC atau target per masing-masing divisi juga tidak baik, karena tidak ada panduan arah mana yang harus di tuju, tapi yang terlebih penting, tercapai tujuan / goals dari perusahaan tsb
Tanpa terasa obrolan kami memasuki topik yang sedang "in update" saat ini ... tapi kami sepakat berhenti pada cangkir kopi ke 2
JOKOWIDODO VS PRABOWO
- Diantara kami tidak membicarakan memihak kepada partai apa atau capres yang mana. Di usia kami, masing2 diantara kami cukup paham bahwa pilihan masing2 pribadi adalah hak khusus yang tidak bisa diganggu gugat.
- Yang kami bahas tentunya adalah banyak sekali "teaser" atau ejekan2, olok2 atau informasi yang sifatnya "dangkal" yang disampaikan baik oleh individu maupun media2 online saat ini. Teaser bisa sangat menganggu dan mempengaruhi seseorang mengambil keputusan. Bukan kepada pemahaman yang mendalam akan apa dan siapa dan bagaimana nantinya. Sebagian besar dari kami juga harus mengaku masih sering terjebak oleh "teaser" atau informasi2 dangkal yang bertebaran di media2 bukan kepada "insight" atau pemahaman yang mendalam atas sebuah persoalan.
- Demikian juga dalam dunia retail ... seringkali banyak professional mengambil keputusan yang di pengaruhi oleh "teaser" atau informasi2 dangkal yang seringkali merupakan informasi yang yang menyatakan sebuah kegagalan dibanding mengambil keputusan konprehensif dengan mempertimbangkan semua aspek.
- Sbg Contoh : penjualan sebuah toko menurun tajam, ada informasi karena barangnya kosong. Maka reaksi kita mengambil keputusan kirim barang sebanyak2nya. hasilnya ternyata tetap jelek salesnya, karena masalahnya besarnya bukan hanya itu saja, ternyata sales person yang jelek, shg permintaan barangnya banyak salah dan tentunya barang menjadi kosong.
- Itulah "teaser" & " Insight" terkait capres
Selamat Pagi, Have a Nice Weekend
TINGGALKAN & LUPAKAN
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Jumat, 28 Maret 2014"Jika sesuatu tidak berfungsi, maka perbaikilah. Dan jika tidak dapat di perbaiki, maka buanglah"
- by Dennis Highby, CEO Cabelas
Catatan blog hari ini terinspirasi dari sebuah artikel yang mengulas bahwa " keberhasilan sebuah perusahaan bukan saja karena apa yang mereka lakukan, tetapi yang juga sangat penting adalah apa yang mereka tidak lakukan.
Mari kita merenung sebentar mengenai kondisi di perusahaan dimana teman2 bekerja saat ini, bahkan jika ada teman2 yang sudah masuk level sebagai pengusaha. Seberapa banyak waktu yang kita buang dalam usaha melakukan evaluasi kepada sebuah program kerja yang tidak berhasil memacu kinerja perusahaan atau divisi tempat anda bekerja? Pengalaman saya sendiri, dimana saya menghabiskan waktu berjam2 bahwak berhari-hari untuk melakukan evaluasi kenapa sebuah rencana kerja yang telah saya susun sedemikian rupa, kemudian saya melakukan kontrol yang intens dalam pelaksanaanya, tidak berhasil seperti yang saya harapkan.
Saya terjebak bahwa perencanaan yang saya pikir baik, haruslah menghasilkan baik. Saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa perencanaan saya tidak berhasil sesuai harapan. Waktu saya habis untuk melakukan analisa, mencari2 penyebabnya dan mencari2 alasan2 yang harus saya sampaikan kepada executive diperusahaan tempat saya bekerja, sehingga saya justru kehilangan waktu untuk hal-hal penting lainnya yang justru setelah saya sadari lebih efektip jika di lakukan akan membawa dampak baik kepada sasaran yang ingin saya capai.
Setelah membaca artikel tersebut, saya menyadari bahwa evaluasi atas kegagalan sebuah program kerja itu tetap baik dan wajib mendapatkan kesempatan ke-2 untuk dicoba kembali. Tetapi jika tetap tidak memberikan hasil sesuai harapan, maka program kerja tsb harus kita tinggalkan dan lupakan dan dengan cepat mencari cara2 baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Demikian juga dengan perusahaan yang menjual product. Dari sekian banyak product yang ada di rak pajang toko, jika ada satu atau lebih product yang tidak menghasilkan keuntungan yang diharapkan, maka lepaskanlah dan lupakan. Kemudian retailer dapat mencari product pengganti dengan cepat yang di perkirakan akan lebih menguntungkan dibanding product sebelumnya.
Pemahaman seni untuk "melepaskan" atau " melupakan " jangan disalahpahami sebagai sebuah cara kerja yang terus menerus mencari strategi2 baru. Semua strategi layak untuk mendapatkan peluang ke - 2 jika pada awalnya strategy tersebut diyakini akan mendatangkan keberhasilan. Tetapi perusahaan juga jangan terjebak terlalu lama dalam sebuah strategy kerja yang sudah jelas tidak mendatangkan hasil sesuai harapan, karena yang ada adalah pemborosan waktu dan energy untuk mempertahankan sesuatu hal yang sudah terbukti "rusak"
Berikut petikan pelajaran dari :
~ Pat Tracy, CEO Dot Foods
~ Dennis Highby - CEO Cabelas
- - Jika sudah rusak, buang saja
- - Jika sesuatu itu tidak berhasil, - tinggalkanlah
- - Jangan mempertahankan cara2 lama
- - Pendekatan tradisional jarang menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk masa kini
RETAIL FMCG - LOGISTICS EVOLUTION vs EDUCATION OF LOGISTICS PERSONEL
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Minggu, 02 Maret 2014RETAIL FMCG - LOGISTICS EVOLUTION vs EDUCATION OF LOGISTICS PERSONEL
Karena suatu hal yang saya kerjakan dalam minggu ini, saya merasa ada baiknya menuangkan sedikit mengenai salah satu kunci keberhasilan dalam usaha retail FMCG ( Fast Moving Consumer Goods) yaitu Logistics. Orang sering rancu bahkan saya sendiri sering salah dalam menjelaskan beberapa hal antara Logistics, Distribution Center, Supply & Distibution, bahkan dengan istilah Supply Chain. Mungkin pengertian dasar dari istilah2 tersebut kita bahas belakangan. Mari kita membicarakan tentang Logistics saja.
Pada hakekatnya Logistics terkait dengan dua hal yaitu :
Karena suatu hal yang saya kerjakan dalam minggu ini, saya merasa ada baiknya menuangkan sedikit mengenai salah satu kunci keberhasilan dalam usaha retail FMCG ( Fast Moving Consumer Goods) yaitu Logistics. Orang sering rancu bahkan saya sendiri sering salah dalam menjelaskan beberapa hal antara Logistics, Distribution Center, Supply & Distibution, bahkan dengan istilah Supply Chain. Mungkin pengertian dasar dari istilah2 tersebut kita bahas belakangan. Mari kita membicarakan tentang Logistics saja.
Pada hakekatnya Logistics terkait dengan dua hal yaitu :
- Biaya ( Biaya serendah2nya )
- Kepuasan pelanggan ( Terjaganya kepuasan pelanggan sesuai standar perusahaan )
Logistics adalah sebuah ilmu & seni untuk mendapatkan barang dalam jumlah & waktu yang tepat, pada kondisi & biaya yang tepat untuk menghasilkan tingkat keuntungan terntentu dengan tetap berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
Aktivistas pada usaha logistics dapat kita klasifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain :
- Forecasting atau menyiapkan estimasi pembelian & penjualan
- Order Processing ( Proses Order )
- Materials Handling
- Storage ( Penyimpanan )
- Packaging ( Pengemasan )
- Transportation ( Pengiriman ) & Traffics Management
- Site Location ( Lokasi Gudang yang tepat )
- Dll
Jika kita membahas secara detail satu persatu aktivitas tersebut & bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu, dari system manual ke automatically system mungkin akan menjadi 1 (satu) buku tersendiri.
Bagi pelaku usaha bisnis logistics FMCG mungkin sangat memahami bagaimana kecepatan bisnis process dalam bidang logistics ini berjalan dengan sedemikian cepatnya.
Perkembangan dunia logistics di Indonesia sudah cukup maju baik dalam teknologi, sarana & prasarana & system controlnya. Perkembangan inilah yang saya sebut dengan Logistics Evolution. Berdasarkan pengalaman saya di beberapa perusahaan retail FMCG, saya mengalami sendiri bagaimana pesatnya perkembangan usaha logistics mulai dari : proses kerja secara manual sampai kepada dukungan system IT yang luar biasa. Pada intinya proses kerja dunia logistics berubah significant dengan dukungan teknologi dan perkembangan IT yang mendukungnya. Kalau kasarnya dalam salah satu aktivitas logistic adalah :
> Cetak - lihat - Ambil - Kumpulkan - kirim menjadi ;
> Lihat - ambil - kirim
Hampir 50% proses kerja dalam aktivitas bagian logistics bisa berubah ke arah yang lebih baik dengan dukungan system IT & sarana kerja yang memadai. Hampir semua perusahaan retail berani berinvestasi dalam hal system & sarana/prasarana dengan tujuan bisnis proses dalam aktivitas logistic ini lebih efisien & meningkatkan keuntungan perusahaan tersebut.
TETAPI
Seberapa pesat perkembangan teknologi dalam bisnis proses Logistics JIKA tidak di ikuti oleh Pelatihan, peningkatan kemampuan Personel2 yang terkait atau yang menjalankan ativitas sehari- hari dari usaha logistics tsb, maka investasi yang sedemikian besar dalam bidang logistics akan menjadi sia2 atau tujuan dari perkembangan bisnis process tidak mencapai tujuan yang di harapkan oleh perusahaan tersebut. Banyak contoh yang saya lihat, dimana banyak perusahaan yang saya tahu, berinvestasi sangat besar dalam memperbaiki cara kerja dalam bidang logistics tetapi melupakan salah satu point sangat penting adalah peningkatan kualitas dari sumber daya manusia yang menjalankannya.
Contoh yang sangat sederhana, bahwa pemanfaatan teknologi logistics seperti penggunaan EPS ( Electronics Picking System ), PTL ( Pick To Light ), Conveyor System, Penggunaan System MIS yang canggih, Penggunaan Infrastruktur pendukung yang sangat bagus, belum tentunya mencapai apa yang di sebut biaya yang efisien & kepuasan pelanggan yang di harapkan.
Jadi Evolusi dalam Logistics baru terbatas kepada System Informasi, Sarana & prasarana tetapi belum terjadi EVOLUSI DALAM LOGISTICS PEOPLE.
Orang-orang yang bekerja di bagian logistics masih menjadi karyawan kelas dua ... ( menurut saya & pengamatan saya .. bisa keliru ) dengan pelatihan yang sangat minim bahkan lebih minim dalam beberapa hal di banding bagian lainnya dalam sebuah perusahaan retail.
Sudah saatnya pelaku retail merubah paradigma ini. Logistics people is part of retail success
Selamat Belajar
TOO BIG TO BE FALL - INTERMEZO
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Senin, 24 Februari 2014TOO BIG TO BE FALL
" terlalu besar untuk jatuh "
Minggu lalu saya menyempatkan diri mampir disebuah kiosk majalah di komplek pertokoan Kemang Pratama Bekasi. Ketika saya melihat headline Majalah Swa, dimana memuat sepak terjang CEO Muda belia karena berusia rata2 dibawah 40 tahun, yang merupakan generasi ke 2 atau 3 dari para konglomerat atau pengusaha2 ternama di Indonesia. Para generasi ke 2, 3 bahkan ke 4 ini menceritakan sepak terjang mereka mulai dari bawah belajar di perusahaan keluarganya bahkan beberapa diantara mereka belajar di perusahaan-perusahaan diluar perusahaan keluarga mereka, untuk mempersiapkan diri mereka menjadi pengendali berikutnya dari usaha keluar mereka.
Saya mencoba baca satu persatu profile para putra mahkota ini sambil sekali2 mengeryitkan dahi di selingi senyuman yang menurut istri saya di rumah, agak ganjil, karena senyuman "tidak tulus". Saya mencoba meluruskan dan berdiskusi atas article2 yang saya baca. Pernyataan yang saya lontarkan kepada istri saya adalah " seberapa besarpun efort mereka mempersiapkan diri, entah dari level paling bawah, di sebuah perusahaan apalagi perusahaan keluarganya sendiri, maka satu hal yang mereka lupa, bahwa : " guru mereka sebenarnya adalah orang tua, paman, kakek mereka " " seberapa rendah level mereka di perusahaan tsb, semua karyawan tau bahwa dia adalah keluarga pemilik perusahaan". " Jadi proses belajar para penerus perusahaan ini tentunya berbeda dengan pola belajar karyawan kebanyakan yang belajar untuk sekedar menaikan karir dan income mereka di perusahaan tersebut".
Terlepas dari proses belajar mereka & profile lain yang di tulis Swa, saya teringat akan sebuah jargon " Too Big To Be Fall ". Beberapa orang mengatakan bahwa sebuah perusahaan yang sudah besar & terlanjur besar, maka kemungkinan kecil sekali untuk jatuh atau kasarnya bangkrut. Rasanya pendapat itu sudah tidak berlaku beberapa dekade terakhir ini. Mari kita ingat bukankah BANK SUMA / BHS BANK dll merupakan salah satu bank besar pada jamannya dan ternyata bisa ambruk bisnisnya.
Kalau kita melihat dalam skala International, sebuah perusahaan sekelas
> LEHMAN BROTHERS - Sebuah lembaga keuangan dengan asset US$ 691 M pada sept 2008
> GENERAL MOTOR - Pabrik mobil dengan asset sekitra US@ 91 M & bankrut pada Juni 2009
> WorldCom - sebuah perusahaan penyedia telepon jarak jauh dengan asset US$ 321 M
Kenapa perusahaan - perusahaan besar bisa jatuh bangkrut
Kejatuhan mereka secara umum dapat disebabkan oleh :
" terlalu besar untuk jatuh "
Minggu lalu saya menyempatkan diri mampir disebuah kiosk majalah di komplek pertokoan Kemang Pratama Bekasi. Ketika saya melihat headline Majalah Swa, dimana memuat sepak terjang CEO Muda belia karena berusia rata2 dibawah 40 tahun, yang merupakan generasi ke 2 atau 3 dari para konglomerat atau pengusaha2 ternama di Indonesia. Para generasi ke 2, 3 bahkan ke 4 ini menceritakan sepak terjang mereka mulai dari bawah belajar di perusahaan keluarganya bahkan beberapa diantara mereka belajar di perusahaan-perusahaan diluar perusahaan keluarga mereka, untuk mempersiapkan diri mereka menjadi pengendali berikutnya dari usaha keluar mereka.
Saya mencoba baca satu persatu profile para putra mahkota ini sambil sekali2 mengeryitkan dahi di selingi senyuman yang menurut istri saya di rumah, agak ganjil, karena senyuman "tidak tulus". Saya mencoba meluruskan dan berdiskusi atas article2 yang saya baca. Pernyataan yang saya lontarkan kepada istri saya adalah " seberapa besarpun efort mereka mempersiapkan diri, entah dari level paling bawah, di sebuah perusahaan apalagi perusahaan keluarganya sendiri, maka satu hal yang mereka lupa, bahwa : " guru mereka sebenarnya adalah orang tua, paman, kakek mereka " " seberapa rendah level mereka di perusahaan tsb, semua karyawan tau bahwa dia adalah keluarga pemilik perusahaan". " Jadi proses belajar para penerus perusahaan ini tentunya berbeda dengan pola belajar karyawan kebanyakan yang belajar untuk sekedar menaikan karir dan income mereka di perusahaan tersebut".
Terlepas dari proses belajar mereka & profile lain yang di tulis Swa, saya teringat akan sebuah jargon " Too Big To Be Fall ". Beberapa orang mengatakan bahwa sebuah perusahaan yang sudah besar & terlanjur besar, maka kemungkinan kecil sekali untuk jatuh atau kasarnya bangkrut. Rasanya pendapat itu sudah tidak berlaku beberapa dekade terakhir ini. Mari kita ingat bukankah BANK SUMA / BHS BANK dll merupakan salah satu bank besar pada jamannya dan ternyata bisa ambruk bisnisnya.
Kalau kita melihat dalam skala International, sebuah perusahaan sekelas
> LEHMAN BROTHERS - Sebuah lembaga keuangan dengan asset US$ 691 M pada sept 2008
> GENERAL MOTOR - Pabrik mobil dengan asset sekitra US@ 91 M & bankrut pada Juni 2009
> WorldCom - sebuah perusahaan penyedia telepon jarak jauh dengan asset US$ 321 M
Kenapa perusahaan - perusahaan besar bisa jatuh bangkrut
Kejatuhan mereka secara umum dapat disebabkan oleh :
- SERAKAH
- Keserakahan disini banyak macamnya, mulai dari keserakahan akan tingkat keuntungan, keserakahan para pengendali di dalamnya, sampai kepada keserakahan untuk mengambil semua bidang usaha di luar keahlian mereka.
- REGENERASI
- Kegagalan perusahaan tersebut untuk menyiapkan kepemimpinan yang berkesinambunagan. Generasi berikutnya belum siap untuk mengambil alih kendali atas perusahaan tersebut.
Maka menjadi menarik, kalau Pemilik & Pendiri perusahaan2 besar di Indonesia mulai mempersiapkan generasi - generasi baru pengendali perusahaan- perusahaan yang sudah terlanjur besar & dibesarkan dengan kerja luar biasa oleh para pendahulunya seperti yang di ulas oleh Swa bulan ini. Perlu di ketahuin oleh temen2 bahwa
- PERTUMBUHAN SEBUAH PERUSAHAAN DI RAIH DENGAN SUSAH PAYAH DENGAN MENCOBA BERMACAM2 STRATEGY DENGAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN YANG ADA. JADI MEMBESARKAN SEBUAH PERUSAHAAN " BUTUH WAKTU LAMA " & " KERJA KERAS YANG LUAR BIASA"
- TAPI SEBALIKNYA, JATUHNYA SEBUAH PERUSAHAAN HANYA BUTUH WAKTU DALAM HITUNGAN BEBERAPA BULAN & BEBERAPA TAHUN SAJA.
Ingat kasus "Kurs Rupiah terhadap US$", menjaga supaya stabil butuh waktu dan kerja keras, tapi membuat nilai tukar rupiah terhadap US$ melemah, hanya butuh beberapa bulan saja dari RP. 5000 per US$ dan melonjak menjadi diatas Rp. 12.000 .
Selamat belajar
KARYAWAN ADALAH ASSET PERUSAHAAN - Out Of Retail
Diposting oleh I Nyoman Sugiarta Senin, 06 Januari 2014KARYAWAN ADALAH ASSET PERUSAHAAN
Sering kali kita mendengarkan "slogan" atau bisa kita sebut sebagai " direction" bahwa karyawan adalah asset perusahaan yang sangat penting. Banyak yang dengan lugas menyampaikan hal ini kepada setiap karyawan yang di pimpin tanpa mempertibangkan arti kata dari asset perusahaan.
Penjelasan sederhana pernah di sampaikan oleh seorang CEO kepada saya, bahwa penggunaan kalimat tersebut cukup riskan untuk di sampaikan.
Jika karyawan di padankan dengan asset perusahaan, maka bisa di klasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok asset
Sering kali kita mendengarkan "slogan" atau bisa kita sebut sebagai " direction" bahwa karyawan adalah asset perusahaan yang sangat penting. Banyak yang dengan lugas menyampaikan hal ini kepada setiap karyawan yang di pimpin tanpa mempertibangkan arti kata dari asset perusahaan.
Penjelasan sederhana pernah di sampaikan oleh seorang CEO kepada saya, bahwa penggunaan kalimat tersebut cukup riskan untuk di sampaikan.
Jika karyawan di padankan dengan asset perusahaan, maka bisa di klasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok asset
- Liquid asset, yang artinya karyawan tersebut memang dibutuhkan oleh perusahaan dan di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan kemampuannya --> karyawan yang masuk kategori ini mungkin masih merasa aman untuk tetap berkarir di perusahaan tersebut
- Idle asset, kayawan tersebut memang mempunyai kemampuan atau skill yang bagus, tetapi perusahaan masih belum memberikan sebuah tanggungjawab atas suatu pekerjaan yang sesuai kemampuannya tersebut --> karyawan dalam kategori ini, juga harus hati-hati, kejenuhan bisa hinggap dalam diri karyawan tsb karena belum atau tidak mempunyai tanggungjawab yang jelas atau karena sesuatu hal walau kemampuannya sesuai dengan kebutuhan perusahaan tapi posisi yang sesuai mungkin sudah terisi oleh karyawan dengan kemampuan yang sama, bukan tidak mungkin akan bergerak menjadi broken asset
- Broken asset, bisa kita artikan adalah karyawan2 yang memang sudah tidak dibutuhkan oleh perusahaan baik karena kemampuannya yang sudah ketinggalan atau karena kapasitas, karakter, dll yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. --> karyawan dalam kategori ini akan sangat berbahaya, karena setiap saat perusahaan bisa melakukan tindakan yang akan berdampak negatif kepada karyawan tersebut.
Berada dalam kategori asset yang mana anda saat ini .....
Selamat belajar
Langganan:
Postingan (Atom)
Viewer
Diberdayakan oleh Blogger.